Sabtu, 01 Januari 2011

Cara Parasitoid Menemukan Inang


Cara Parasitoid Menemukan Inang
Beberapa parasitoid yang berbeda dapat menyerang inang pada stadia yang berbeda pula. Trichogramma spp. Contohnya menyerang stadia telur inangnya disebut parasitoid telur, sedangkan Braconidae seperti Cotesia glomerata meletakkan telurnya pada stadia larva inangnya disebut parasitoid larva, begitu pula parasitoid pupa, dewasa dan nimpha. Parasitoid juga dapat meletakkan telurnya pada suatu stadia dan muncul pada stadia berikutnya. Sebagai contoh parasitoid Encyrtidae Holcothorax testaceipes adalah parasitoid telur-larva pada ngengat pengorok daun, begitu pula ada parasitoid larva-pupa. Pada beberapa parasitoid ada hanya satu parasitoid yang berkembang hanya pada satu inang, sedangkan ada juga beberapa parasitoid pada satu spesies berkembang pada satu inang. Yang pertama dikenal sebagai parasitoid soliter, sedangkan yang lain sering dikenal sebagai parasitoid gregarious. Pada beberapa parasitoid, imago meletakkan satu telur per inang, dimana kemudian mengalami pembagian sel menjadi banyak sel, dan setiap sel tersebut berkembang secara independent, ini dikenal sebagai polyembrioni. Jika ada spesies parasitoid meletakkan lebih dari satu telur pada satu inang, maka disebut superparasitisme. Jika dua atau spesies parasitoid menyerang satu inang, maka disebut multiparasitisme,  Kategori parasitoid umumnya banyak didasarkan pada dimana telur diletakkan, maksudnya apabila ada parasitoid yang memasukkan telurnya di dalam tubuh inang, maka disebut endoparasitoid, sedangkan parasitoid yang mematikan dulu inangnya dengan menusukkan ovipositornya, sehingga inangnya paralysis, kemudian meletakkan telur di permukaan tubuh inangnya atau di dekat inangnya, dimana inangnya bisa berupa inang yang berada pada lingkungan terbuka atau tertutup seperti pengorok daun, penggulung daun dan gall sering disebut sebagai ektoparasitoid. Perkembangan pembagian kategori parasitoid telah berkembang, sampai kemampuan parasitoid itu mempengaruhi fisiologi inangnya. Spesies parasitoid seperti Braconidae endoparasitoid yang hidup dalam tubuh inangnya yang masih hidup, aktif bergerak dan mendapatkan keuntungan untuk terus hidup dan makan pada inangnya sering disebut sebagai koinobiont. Ektoparasitoid, endoparasitoid pada telur, atau pupa yang membunuh dulu inangnya sebelum meletakkan telur dan berkembang pada atau didalam inang yang sudah mati atau paralysis dikenal sebagai idiobiont.
Parasitoid yang menyerang    spesies    parasitoid    yang    lain    dikenal    sebagai hyperparasitoid  atau parasitoid  sekunder. Pada  beberapa  spesies  semua  telurnya  ada dalam  kondisi  masak  ketika dewasa  muncul, telur dapat  segera  diletakkan  tanpa menunggu perkembangan telur. Kondisi sering dikenal sebagai Pro-ovigenik, sedangkan pada beberapa spesies parasitoid, ketika muncul hanya memiliki sedikit telur yang telah masak dan telur masak secara gradual, hal ini sering dikenal sebagai Synovigenik, pada umumnya  parasitoid  tipe  ini  memerlukan  protein  lebih  untuk  perkembangan telurnya, oleh sebab itu parasitoid ini berakting layaknya predator yang membunuh mangsanya, kemudian  mengkonsumsi  haemolim  melalui  luka  yang  dibuatnya.  Proses  ini  sering dikenal sebagai host feeding.

SISTIM NAVIGASI PARASITOID
Coba  anda  bayangkan  betapa  kompleksnya  mekanisme  bagaimana  parasitoid  yang kecil  mencoba menemukan  inangnya  yang  juga  kecil  di  dalam  hutan  vegetasi  yang akhirnya  kita  akan  mulai begitu  terkagum-kagum,  betapa  proses  penemuan  inang  oleh parasitoid adalah sebuah proses yang sangat kompleks dan sophisticated, dimana proses itu berbeda tergantung  jarak inang (long  &  short range). Proses perilaku pencarian inang pada parasitoid dapat di kategorikan menjadi 2 yaitu habitat location,  dimana merupakan proses pencarian habitat inang dan host location  yang merupakan proses pencarian inang dalam habitat inang (van alphen & Jervis, 1996).
Proses  penemuan  inang  pada  jarak  yang  panjang  (long  range/distance),  selalu ditentukan  dengan kemikal  berupa  kairomon  atau  synomon  yang  secara  umum  berasal dari 1) diproduksi oleh inang itu sendiri berupa kotoran inang, selam aganti kulit, selama proses   makan   dan   feromon   aggregasi, atau kairomon   2)   tanaman   dimana   inang menyerang berupa synomon untuk parasiroid, dan 3) berasal dari interaksi antara inang dan  tanaman  inang  seperti  kerusakan  selama  proses  makan  inang,  ini berupa  synomon pada  parasitoid. Senyawa  kimia  sangat  menentukan  parasitoid mengidentifikasi arah dimana inang itu berada.  Senyawa kimia yang diproduksi oleh inang mungkin feromon sex atau senyawa kimia yang  diproduksi ketika proses makan atau perkembangan inang. Pada beberapa kasus vision sangat penting  dalam penemuan inang jarak jauh. Daun-daun yang terserang inang menunjukkan kenampakan yang berbeda dalam warna dan bentuk dengan daun yang tidak terserang inang, sehingga memberikanpengaruh ketertarikan yang berbeda bagi parasitoid yang menyerang  inang  memakan daun.  Suara yang diprosuksi oleh inang kadang-kadang menjadi penyebab ketertarikan parasitoid seperti lalat parasitoid menggunakan mating call dari jengkerik dan cicada inangnya.
Proses  penemukan inang  jarak pendek oleh parasitoid sangat ditentukan senyawa kimia tertentu yang memberitahukan pada parasitoid, bahwa inangnya sudah dekat, yang membuat parasitoid semakin mengintensifkan pencariannya pada  area tertentu. Senyawa kimia ini sering dinamakan arrestants yang berupa  senyawa kimia yang kurang volatil dibandingkan senyawa attractans. Senyawa ini sering diproduksi  inang  ketika  dalam proses makan atau peletakan telur.
Keseluruhan proses penemuan inang oleh parasitoid dan senyawa kimia yang terlibat sangat jarang dipelajari. Salah satu studi penemuan inang oleh parasitoid yang  sudah begitu komplit dipelajari adalah studi bagaimana Trichogramma menemukan inang Ketika inang sudah ditemukan, maka beberapa senyawa kimia dan tanda-tanda fisik akan memacu parasitoid untuk meletakkan telurnya atau disebut Oviposisi.  Telur dapat diletakkan pada hitungan detik seperti pada Ichneumonid  yang menyerang  larva lepidoptera  atau  juga  bisa  membutuhkan  waktu  dalam  beberapa  jam, dalam kasus parasitoid pupa, dimana parasitoid membutuhkan beberapa waktu untuk drilling permukaan pupa yang sangat keras.
Ektoparasitoid   umumnya   membunuh dulu inang dengan menggunakan venom sebelum oviposisi. Hal ini bertujuan untuk menghindari inang untuk menyingkirkan telur yang  diletakkan pada permukaan luar tubuh inang, hal ini juga membantu melindungi larva parasitoid yang memakan permukaan luar tubuh inang. Dan juga untuk beberapa alasan ektoparasitoid ini membunuh inang dulu inang-inang yang tersembunyi (pengorok,  pengebor)

Selasa, 28 Desember 2010

Ganasnya Si Kecil... (Wereng)

          Wereng adalah sebutan umum untuk serangga penghisap cairan tumbuhan anggota ordo Hemiptera (kepik sejati), subordo Fulgoromorpha, khususnya yang berukuran kecil. Tonggeret pernah digolongkan sebagai wereng (di bawah subordo Auchenorrhyncha)namun sekarang telah dipisah secara taksonomi. Karena eksklusif hidup dari tumbuhan, sejumlah anggotanya menjadi hama penting dalam budidaya tanaman. Selain sebagai pemakan langsung, wereng juga menjadi vektor bagi penularan sejumlah penyakit tumbuhan penting, khususnya dari kelompok virus.

          Hama wereng ini banyak jenisnya, diantara yang paling penting adalah Wereng Cokelat, wereng hijau, dan wereng punggung putih.
Wereng Cokelat. Serangga wereng coklat berukuran kecil, panjang 0,1-
0,4 cm. Wereng coklat bersayap panjang dan wereng punggung putih berkembang ketika makanan tidak tersedia atau terdapat dalam jumlah terbatas. Dewasa bersayap panjang dapat menyebar sampai beratus kilometer.

          Wereng coklat dapat menyebabkan daun berubah kuning oranye sebelum menjadi coklat dan mati. Dalam keadaan populasi wereng tinggi dan varietas yang ditanam rentan wereng coklat dapat mengakibatkan tanaman seperti terbakar atau “hopperburn”. Wereng coklat juga dapat menularkan penyakit virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput, dua penyakit yang sangat merusak.

          Ledakan WCK biasanya terjadi akibat penggunaan pestisida yang tidak tepat, penanaman varietas rentan, pemeliharaan tanaman, terutama pemupukan, yang
kurang tepat, dan kondisi lingkungan yang cocok untuk WCK (lembab, panas, dan pengap).

          Beberapa teknik pencegahan yang dapat diterapkan adalah:
1. Bersihkan gulma dari sawah dan areal sekitarnya.
2. Hindari penggunaan pestisida secara tidak tepat yang dapat menyebabkan terbunuhnya  musuh alami.
3. Gunakan varietas tahan seperti Ciherang,Mekongga, dan Cigeulis.
4. Jumlah kritis: pada kepadatan 1 wereng coklat/ batang atau kurang, masih ada peluang menekan populasi.
5. Amati wereng di persemaian setiap hari, atau setiap minggu setelah tanam pindah pada batang dan permukaan air. Periksa kedua sisi persemaian. Pada tanaman yang lebih tua, pegang tanaman dan rebahkan sedikit dan tepuk dengan pelan dekat bagian basal untuk melihat kalau ada wereng yang jatuh ke permukaan air.
6. Gunakan perangkap cahaya waktu malam ketika terlihat ada gejala serangan wereng. Jangan tempatkan cahaya dekat persemaian atau sawah.
Bila perangkap cahaya diserbu oleh beratus wereng, berarti persemaian dan sawah perlu segera diperiksa; lalu amati setiap hari dalam
beberapa minggu berikutnya.
7. Pupuk lengkap (NPK), dosis 250 kg urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl/ha dapat membantu upaya pencegahan.



Ini adalah hamparan sawah yang diserang oleh hama wereng cokelat. Lokasi Desa Karanggintung, Purwokerto. (Benar-benar parah)


Ini adalah jenis wereng yang menyerang.


Sabtu, 25 Desember 2010

C. militaris (Fr.) Link

C. militaris (Fr.) Link

Menurut Holliday and Matt (2004), jamur C. militaris (Fr.) Link termasuk kingdom Fungy, filum Ascomycota, kelas Ascomycetes, ordo Hypocreales, family Clavivipitacea, genus Cordyceps.
Cordyceps dikenal sebagai jamur entomopatogen yang membentuk badan buah pada serangga inangnya dan dikenal 750 spesies dari jamur ini. C. militaris merupakan jamur entomopatogen, khususnya pada larva dan pupa ordo Lepidoptera (Schgal and Sagar, 2006). Jamur ini bersifat soilborne karena infeksi mulai terjadi pada saat larva turun ke tanah untuk berkepompong (Wibowo, dkk, 1994).

Stroma dan sinemata Cordyceps berasal dari endosklerotium dan biasanya keluar dari mulut atau anus serangga dan dapat berkembang dengan bantuan cahaya. Stromata dan sinemata terdiri dari bundel-bundel yang tersusun rapi yang membentuk garis-garis membujur atau terdiri dari hifa yang saling berjalin dan peritesia yang berkembang semakin ke atas. Pada umumnya berbentuk klavat atau kapitat dan askosporanya saling berhubungan satu sama lain. Struktur badan buahnya dapat mencapai panjang kira-kira 30 cm, dan berbentuk sederhana ataupun bercabang atau berwarna kuning, jingga, merah, cokelat, kuning tua, abu-abu, hijau atau hitam.

Peritesia mengandung askus yang panjang dan sempit dengan askospora dengan multisepta yang dapat berubah bentuk menjadi semakin besar dalam satu bagian sel tersebut (Tanada and Harry, 1993).

Peritesia memanjang dalam satu lapisan sel yang berjalin dengan longgar, kadang-kadang tampak memanjang setengah. Aski berukuran 300-510 x 3,5-5 , dengan caps yang tipis yaitu 3,5-5 . Spora-spora yang saling memotong dan seperti benang, menyatu membentuk irisan-irisan berbentuk bulat panjang dengan ukuran 2-4,5 x 1,5 (Kuo, 2006).


Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan C. militaris (Fr.) Link

Hasil penelitian di Balai Penelitian Marihat menunjukkan bahwa pada kondisi kelembaban yang cukup, perkembangan Cordyceps dari mumifikasi sampai terjadinya emisi askospora sekitar 24 hari. Keadaan yang sedikit gelap akan berpengaruh terhadap evolusi stromata, tetapi cahaya akan merangsang keluarnya peritesia. Waktu yang diperlukan untuk pembentukan stromata berkisar 2-4 minggu setelah inokulasi (Wibowo, dkk, 1994). Suhu optimal untuk pertumbuhan miselia, yaitu 21-30 0C dan ini merupakan suhu untuk pertumbuhan yang cepat, sedangkan suhu 3-5 0C untuk pertumbuhan yang lambat. Dengan suhu yang optimal demikian, senyawa seperti Cordycepin (3’deoxy adenosine) atau Hydroethyladenosine dapat dihasilkan oleh jamur (Holliday and Matt, 2004).